"Cinta Pertamaku"
By:Janice Kelila Nethanie
Part 1
Pagi
ini cuaca sangat cerah, udara yang masih terasa sangat sejuk, sang mentaripun
mulai menampakkan cahayanya, burung-burung saling berkicau satu sama lain
seolah ikut senang akan pagi ini. Akupun terbangun dari tidurku, dan bersiap
untuk pergi kesekolah.
Jam dinding menunjukkan
pukul 6 tepat, aku langsung bersiap-siap agar tak terlambat nantinya, aku
merapikan tempat tidurku, kemudian bergegas mandi, setelah itu, kupakai seragam
kebangganku ini, dan juga kurapikan rambutku.
“tok..tok..tok...,
Mitha....kamu sudah siap belum? Papamu menunggu didepan”. Suara yang lembut
terdengar dari balik pintu kamarku, ya benar itu suara Mamaku, “Iya mah, tunggu
sebentar, lima menit lagi pasti selesai,” jawab ku sambil mengikat rambutku. “Jangan
lama-lama loh Mit, kasian Papamu nanti dia telat, coba lihat sudah jam berapa
ini,” jawab mamaku. “Iya mah, sabar dulu dong,” jawabku dengan santai.
“Iya-iya, ayo cepetan” jawab mamaku lagi, “Nanti kalau telat gimana? Siapa yang
dihukum? Memang kamu lagi ngapain sih dikamar, lama banget?” tambahnya. “Tunggu
sebentar mah, iya-iya sebentar lagi aku keluar, ini loh rambutku belum diikat,”
jawabku. “Dipercepat lagi Mit, kamu belum sarapan kan?’’ tanya mamaku, “gak
usah sarapan deh mah, nanti aku makan dikantin aja,” jawabku. “Halah makan
dikantin, memang kamu tau makanan kantin itu sehat atau tidaknya? Udah, udah,
pokoknya cepetan kamu siap-siapnya, mama tunggu dimeja makan,” jawab mamaku
dengan nada agak kesal.
Setelah beberapa menit
berlalu, aku keluar dari kamarku menuju meja makan untuk sarapan bersama, “Duh
Mitha, lama sekali kamu, papa udah hampir telat tau,” tegur papaku. “Iya pah,
maaffin Mitha, tadi Mitha harus kuncir rambut dulu, rambut Mitha kusut tadi,”
jawabku dengan parasaan menyesal. “Hmmmm... ya sudahlah, cepet kamu makan,
setelah itu kita berangkat,” jawab papaku dengan lembut. Dan akupun menuruti
perkataannya, dan setelah kami sarapan, aku dan papa berangkat.
“Mah, Papa berangkat
yah,” ucap papaku, “Iya pah, hati-hati yah” jawab mama dengan wajah tersenyum,
ku juga berpamitan sama mama “Mah, Mitha juga yah,” ucapku sambil mencium
tangan mama, “Iya, belajar yang bener yah kamu, jangan main-main, pulang
sekolah harus langsung pulang jangan main kamana-mana dulu, apalagi kalo sampai
nggak bilang-bilang mama dulu,” mama menasihatiku. “Iya mah” jawabku.
Aku dan papa segera
berangkat memakai mobil, “Dah mama.......” ucapku sambil melambaikan tangan
kearah mama, dan mama membalas dengan lambaian tangannya juga.
Tak terasa kami telah
sampai disekolah, kulihat banyak teman-temanku yang telah datang, “Tuh kan Mit,
apa papa bilang, kita udah hampir telat,” kata papa didalam mobil “Iya pah,
Mitha kan udah minta maaf” jawabku “iya nak, gapapa kok, udah sana masuk” jawab
papaku sambil mengusap rambutku. “Dah papa, hati-hati yah pah...” jawabku
sambil keluar dari mobil, papa pun membalasnya dengan senyuman khasnya itu, dan
ia pun pergi kekantor.
Oh iya, nama ku Mitha
Thalia, tapi aku sering dipanggil Mitha, aku adalah anak satu-satunya tak punya
kaka dan akupun tak punya adik, oleh karena itu mama dan papa selalu bersikap
lembut padaku, mereka bilang sih, karena aku anak satu-satunya, jadi kasih
sayang mereka diberikan seluruhnya kepadaku saja.
Aku duduk di kelas 1
SMK, yah aku masih remaja yang berumur 16 tahun. Aku sekolah di SMK CIPTA
CEMERLANG yang berada agak jauh dari rumahku. Aku punya dua orang sahabat, hah
2? Nggak juga sih, temen ku banyak, yah lumayanlah, tapi aku lebih nyaman sama
mereka berdua, namanya Dina dan Fey. Dina itu anaknya baik sih walau sering
bikin kesel sih, kalo aku lagi curhat, dia malah asyik mainin gadget nya, tapi
kalau dia yang curhat, aku harus dengerin dia, huh nggak adil banget kan, tapi
jangan salah, meski begitu untuk masalah kesetiaan pada sahabat, gak usah
diragukan lagi deh, begitupun dengan Fey, dia adalah gadis cantik berkacamata,
eh cantik? Cantikan aku lah dari dia, hahahahaha bercanda kok, oke kembali lagi
ke Fey, dia anaknya rajin banget baca buku, sampe-sampe semua anak julukin dia
kutu kebo, eh kutu buku maksudnya, duh nggak lucu yah??, aku tau kok emang
nggak lucu, oke oke sekarang serius aku mau ceritain tentang Fey ke kalian, Fey
itu anak paling pinter dikelasku, dia sering ikut lomba mewakili sekolah ku,
dan ia selalu pulang membawa beberapa penghargaan, hebat kan? Iya dong temennya
aku gitu loh.
Eh jangan salah paham
dulu yah, aku juga pernah ikut lomba kok, walaupun nggak mewakili sekolah,
(pasti ada beberapa dari pembaca ini yang mau tau apa lombaku kan??) okelah
kalau kalian memaksa, aku tuh pernah lomba makan kerupuk, dan aku juara satu,
keren kan??? Iya dong, aku gitu loh (nggak usah ketawa -_-). Udah ah, jangan
buka-buka aib ku deh, malu tau.
Papaku adalah seorang
pengusaha, usaha hasil rintisannya, karena kegigihannya papa bisa menjadi
sukses seperti ini, papa punya beberapa hotel bintang lima dibeberapa wilayah,
(eits bukannya pamer yah), sedangkan mama adalah seorang ibu rumah tangga,
terkadang sih mama juga bantuin papa mengelola usaha ini bersama, kalau liat
mama sama papa lagi kerja bareng, yah aku sih cuma bisa liatin mereka aja
sendirian, yah abisnya gimana mau bantuin tapi aku kan nggak ngerti, mau
ngobrol juga sama siapa? Masa aku harus ngobrol sama tembok sih?? Kan nggak
lucu.
Hari ini disekolahku
ada praktek bermain gitar, wah aku sih senang sekali kalau ada praktek seni,
apalagi gitar, semua murid datang kesekolah dengan membawa gitarnya
masing-masing, aku salah satu murid yang lumayan pandai bermain gitar dikelas itu,
ya memang, setiap harinya aku mengisi kesepianku dengan bermain gitar sambil
menyanyi. Namun hal ini berbeda sekali dengan kedua sahabatku Dina dan Fey,
mereka sama sekali tak bisa main gitar, tenanglah guys aku bisa ajarin kalian
kok, hehehehehe.
Kriiiiinngggg!!!!!.....
bel tanda masuk berbunyi, sontak semua murid segera memasuki ruang kelasnya
masing-masing, dan gurupun masuk. “Duh Mit, gimana nih, gurunya udah masuk
lagih, dan sampai sekarang aku belum juga bisa main gitar” ujar Dina mengeluh
“Ah, apa bedanya denganku? Jangankan bermain, kuncinya saja aku tak hafal,”
sahut Fey. “tenang dong, nanti aku ajarin,” jawabku dengan niat ingin
menenangkan mereka. “Gimana mau tenang Mit?, kamu sih enak bisa main gitar,
kita bagaimana? Kita nggak bisa main gitar” jawab Dina. “yah, habisnya kalian
harusnya belajar dong, gini deh, aku yakin kok gak semua anak praktek hari ini,
nanti sepulang sekolah kita belajar gitar gimna? Mau nggak?’’ ajakku “Kamu
yakin, gak semua anak praktek hari ini?” tanya Dina tak percaya “Iya Din, kamu
bayangin aja dari sekian banyaknya anak kelas kita pasti Cuma 5 orang aja yang
praktek hari ini, kan mereka sambil nyanyi, iya kan?? Jawabku meyakinkan mereka
“Iya juga sih Din, iya deh tapi dimana belajarnya??” sahut Fey “Dirumahku aja gimana?”
usulku “oke deh, bener yah Mit, please ajarin kita” kata Dina “Iya Din, aku
ajarin kok,” jawabku dengan senyumku yang manis ini.
“Selamat pagi
anak-anak”, itu suara guru seni ku, dan ternyata dugaanku memang benar itu
memang dia, “hari ini kita praktek gitar yah, siapa yang berani maju pertama?”
tanya Guru seniku dengan wajah yang menantang. Semua anak tertunduk, menandakan
memang tak ada yang ingin maju, namun tiba-tiba, “Mitha,” panggilnya, aku
terkejut dengan wajah yang tak enak sekali dipandang, “Iya kamu Mit, ayo maju,”
jawab Guru seniku itu. Dan akupun maju dan memainkan gitarku, dan aku bernyanyi
lagu yang liriknya seperti ini “mimpi, adalah kunci, untuk kita menaklukan
dunia berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya, laskar pelangi, takkan
terikat waktuuuuu.... bebaskan mimpimu di angkasa, warnai bintang di jiwa...
menarilah dan terus tertawa,walau dunia tak se-indah surga bersyukurlah pada
yang Kuasa, cinta kita di dunia... selamanya.....” ya benar itu lagu laskar
pelangi by Nidji.
Mendengar itu semua penduduk kelas bertepuk tangan, aku melihat
keseluruh kelas, mereka semua bertepuk tangan, kecuali keempat anak itu. Iya,
empat anak, mereka adalah Rina, Chelsea, Niki, dan Jasmine. Mereka adalah anak
dari keluarga mampu, orangtua mereka juga sama seperti orangtua ku yang menjadi
pengusaha. Mereka memang selalu tak senang dengan kebahagiaan yang kami dapat,
mereka adalah haters kami,
Bersambung.........